Perspektif Lain May Day
30/04/2012 12:41
Setiap tahun, jika memperingati hari buruh
sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Mei, mendengar kata "buruh", yang ada
dibenak setiap orang adalah unjuk rasa. Ketika tanggal itu tiba,
publikpun bersiap-siap menghadapi unjuk rasa ribuan buruh yang berjalan
kaki, di pusat kota.
Tidak hanya di Jakarta, unjuk rasa juga terjadi di derah-daerah di
seluruh Indonesia. Suasana menjadi tidak nyaman karena lalu-lintas yang
macet, dan aktivitas ekonomi yang terganggu.
Kegalauan masyarakat juga ditambah oleh media massa yang memberitakan
perihal kesiapan aparat menghadapi unjuk rasa, lalu aparat keamanan
gabungan TNI dan Polri berbaris siap menghadapi unjuk rasa, belum lagi
komentar pejabat yang meminta buruh tidak anarkis.
Di masa orde baru, hari buruh dilarang untuk dirayakan, karena karena
gerakan buruh dihubungkan dengan gerakan dan paham komunis, yang sejak
kejadian G30S pada 1965 ditabukan di Indonesia.
Satu Mei ditetapkan sebagai hari perjuangan kelas pekerja dunia, pada
Konggres Federation of Organized Trades and Labor Unions Tahun 1886.
Penetapan itu memberikan momen tuntutan delapan jam sehari bagi buruh.
Tanggal 1 Mei dipilih karena pada 1884 Federation of Organized Trades
and Labor Unions, yang terinspirasi oleh kesuksesan aksi buruh di Kanada
1872, menuntut delapan jam kerja di Amerika Serikat dan diberlakukan
mulai 1 Mei 1886. Mereka membawa spanduk bertulisan 8 jam kerja, 8 jam
istirahat, 8 jam rekreasi.
Pada tanggal 1 Mei tahun 1886, ratusan buruh di Amerika Serikat
menggelar unjuk rasa besar-besaran menuntut pengurangan jam kerja mereka
menjadi 8 jam sehari. Demo ini berlangsung selama 4 hari sejak tanggal 1
Mei. Nuansa kekerasan mulai terasa.
Mencegah meluasnya unjuk rasa dilihat dari massa yang semakin banyak,
tanggal 4 Mei 1886 Polisi Amerika kemudian menembaki para demonstran
tersebut sehingga ratusan orang tewas, dan para pemimpinnya ditangkap
kemudian dihukum mati.
Pada bulan Juli 1889, Kongres Sosialis Dunia yang diselenggarakan di
Paris kemudian menetapkan peristiwa di AS tanggal 1 Mei itu sebagai hari
buruh sedunia.
Kita di Indonesia yang menyebut buruh sebagai pekerja, hendaknya
mengubah perspektif kekerasan menjadi hal yang menyenangkan dalam
perayaan May Day.
Bisa saja Pemerintah mengeluarkan keputusan menjadikan May Day sebagai
hari libur nasional. Tidak ada salahnya pengusaha memberikan waktu
sehari untuk para pekerjanya bersenang-senang.
Para pengusaha dan buruh bisa bersama sama merayakan May Day, dengan
menggelar secara besar-besaran pasar murah di pusat-pusat kawasan
industri di seluruh Indonesia. Diskon secara besar-besaran juga digelar
bagi para pekerja atau buruh di pusat-pusat perbelanjaan.
Pemerintah provinsi bisa menerbitkan surat keputusan, yang mewajibkan
pusat perbelanjaan memberikan diskon untuk sembako atau sandang bagi
para buruh. Semuanya merupakan wujud dari rasa terimakasih kepada para
pekerja. Penghargaan juga bisa diberikan para pengusaha berupa gathering
dengan mengajak keluarga para pekerja atau buruh.
Pendeknya, jadikan May Day sesuatu yang menyenangkan, bagi buruh, bagi
pengusaha dan bagi masyarakat luas. Tetapi hal ini tentunya harus dengan
niat baik dari semuanya, buruh, pengusaha, dan pemerintah.
Tidak salah juga jika pada peringatan May Day ini, para buruh atau
pekerja juga selalu mengingatkan pemerintah dan DPR sebagai penentu
kebijakan melalui unjuk rasa. Para buruh juga harus kritis terhadap
pemerintah, DPR, dan pengusaha agar tidak lupa janji-janji mereka untuk
menyejahterakan para buruh.
Unjuk rasa bisa dilakukan oleh serikat-serikat pekerja secara
terorganisir, dan mengikuti aturan-aturan hukumnya yang ada. Sadar atau
tidak hampir sebagian masyarakat yang bekerja adalah para buruh atau
pekerja, hanya saja ada diantaranya yang masih hidup dibawah garis
kemiskinan, karena kesejahteraannya belum terpenuhi akibat upah yang
rendah dan jam kerja yang melebihi batas waktu.
Namun jangan jadikan May Day sebagai sesuatu yang menyeramkan,
jadikanlah May Day hari libur dengan memberikan kesenangan kepada para
buruh, sebagai wujud rasa terimakasih.
Aribowo Suprayogi
Redaktur Eksekutif Liputan6.com